[Mozaik Blog Competition 2014] Rhythm's Of Me
Bismillahirahmanirrahim. Assalamu’alaikum.
Di liburan yang panjang ini, aku mencoba untuk menjadi orang
yang produktif. Dan aku blas gagal.
Hahaha.
Selain ketar-ketir menunggu nilai keluar, aku hanya menonton film, membaca manga, atau bahkan menulis fiksi. Untuk yang terakhir, aku cukup produktif. Boleh dibilang begitu.
Apa kalian tau situs fanfiction?
Situs yang mengijinkan siapa pun berimajinasi sesuka hati mereka. Seperti
jargonnya, ‘unleash your imagination’
atau ‘lepaskan imajinasimu’. Dimana setiap orang boleh membuat cerita dengan
alur yang mereka buat sendiri, namun meminjam tokoh-tokoh dari buku, manga,
film atau bahkan games yang mereka suka.
Dulu, aku suka sekali membaca fanfiction. Terutama di fandom favoritku, manga Fairy Tail. Ada kah
yang suka membacanya?
Sekitar pertengahan 2013 lalu, aku memutuskan untuk mencoba membuat
akun. Mencoba untuk menulis fiksi dengan karakter yang aku suka. Walaupun
hasilnya tidak sebagus novel-novel terkenal. Walaupun hasilnya tidak sebagus
fiksi karya author-author yang sudah
difavorit banyak orang.
Tapi aku senang. Ketika mempublikasi fanfiction pertamaku, ketika mendapat review atau komentar pertama untuk chapter pertama dari fiksiku, dunia serasa jauh lebih baik. Aku
serius. Tidak percaya? Coba lah sendiri. :)
Mungkin hal yang similer juga akan dirasakan para blogger.
Atau semua penulis yang ada di dunia ini. Mendapat feedback dari apa yang kita tulis adalah hal yang sangat
menyenangkan. Rasanya seperti mendapat gaji pertama. Kau ingin melompat-lompat
ala gadis kecil.
Ah, mungkin hal yang terlintas di benak kalian adalah, ‘nulis
apa enaknya sih? Buang-buang waktu aja,’ atau ‘ngapain coba nulis? Mendingan
juga ngerjain kerjaan lain.’
Ohoho, kalian ingin tau kenapa aku suka menulis?
Sewaktu kecil, aku membeli novel pertamaku. Serial Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) yang berjudul ‘Hari-Hari di Rainesthood’. Ada yang tau? Aku suka sekali novel ini.
Penulisnya adalah Izzati yang berumur 10 tahun. Berarti
waktu itu umurku masih 8 tahun. Ehehe, masih kecil kan?
Tuh, masih kecil aja udah bisa nulis. Dan dari situ lah
mimpiku berkembang.
‘Aku pengen jadi penulis. Aku pengen nerbitin novel.’
Niatanku sih, dulu, pengen nerbitin novel lewat KKPK ini.
Sayangnya, sampe aku berumur 16 tahun ini belum ada naskah yang rampung.
Semuanya berupa draf, atau berhenti di tengah jalan.
Semakin dewasa, aku mengerti kenapa aku ingin menulis.
Kenapa aku harus menulis.
Aku tetap menulis sekecil apapun bentuk tulisan itu. Buku
harian, cerpen, fanfiction, blog, semuanya.
Mau tau kenapa aku memberi judul blogku ‘Rhythm’s of Me’ atau ‘ritmeku’?
Bagiku, menulis seperti musik. Dan tulisanku adalah
ritmenya. Setiap kata yang kutulis, membentuk melodi yang indah.
Ada seseorang yang berkata padaku, sebuah lagu akan
mengungkapkan isi hati penulisnya. Bukan kah lagu juga merupakan suatu tulisan?
Dengan menulis, aku bisa mengekspresikan diriku. Emosiku. Sukaku.
Dukaku. Hasratku. Keinginanku. Mimpiku. Walau tak semuanya aku publikasikan.
Dengan menulis, aku bisa mengutarakan apa yang tidak bisa
kuutarkan secara langsung. Kutulis rapih dengan kata-kata. Kurangkai dengan
beberapa diksi yang mungkin belum sebagus penulis lain memilih diksi. Atau
bahkan seberantakan tulisan anak TK yang baru belajar menulis. Dengan coretan
besar disana dan disini. Dengan berbagai warna yang membuat mata pusing.
Dan yang paling penting, dengan menulis aku bisa berbagi,
dengan caraku sendiri.
Aku merasakan sesuatu yang meledak-ledak (dalam konteks yang
baik) dalam hatiku senang. Rasanya, aku seperti tergila-gila dengan menulis.
Semakin dewasa, kecintaanku pada menulis tak berhenti
begitu saja.
Aku semakin cinta. Rasanya ingin selalu menulis. Yah,
walaupun kadang aku mengidap penyakit para penulis. Mungkin kalian pernah
dengar ‘writer’s block’?
Dimana seseorang akan buntu dengan apa yang sedang ia tulis.
Yah, aku lumayan sering mengidap penyakit umum itu. Tapi tahu kah kalian? Penyakit
itu ada obatnya.
Seperti yang sudah kubilang di paragraf-paragraf sebelumnya.
Umpan balik atau feedback adalah obat dari penyakit ini.
Aku merasakannya saat menulis fanfiction model cerita
bersambung. Ketika otakku sudah mentok, bingung kalimat apa lagi yang harus
ditulis, kata apa lagi yang harus kutambahkan, aku akan melihat review dari
para pembaca. Membacanya seolah membuat otakku encer kembali. Membuat jemari
ini dengan cepat mengetik kata-kata dengan rapih. Membuatku tertawa kecil, melihat pembaca yang kesal karena tokoh kesukaan mereka tidak jadian dengan tokoh lainnya. Membuatku tersenyum hangat, melihat pembaca yang teliti kemudian memberikan saran atas kesalahanku untuk tulisanku yang selanjutnya.
Menulis itu menyenangkan, bukan?
Semakin dewasa, mimpiku semakin berkembang.
Yap. Aku ingin menulis novel, yang memuat pengetahuan yang
berharga. Karena bidang yang kutekuni sekarang adalah gizi dan kesehatan,
semoga saja novelku itu memuat informasi tentang gizi. Aku ingin sekali menulis
novel seperti itu.
Aku ingin berbagi. Mungkin buku tentang kesehatan umumnya
bergenre non-fiksi, berbahasa berat, dan sulit dicerna oleh otak orang awam.
Tapi aku ingin sesuatu yang berbeda.
Aku ingin berbagi mengenai gizi dan kesehatan melewati
kata-kata yang mudah dimengerti orang. Tak hanya orang dewasa, tapi juga
remaja. Bahkan, aku ingin membuat buku untuk anak-anak juga. Bukan kah itu hal
yang menyenangkan?
Mimpiku ini didukung oleh sebuah novel yang dihadiahkan sahabatku
kepadaku. Judulnya adalah ‘Sobat, Jangan Lupakan Aku!’ yang ditulis oleh
Camille Noe Pagan. Ini novel terjemahan. Novel ini berkisahkan tentang dua
orang sahabat. Dimana yang satu terkena gegar otak ringan, sehingga terjadi
ketidakseimbangan mental.
Saat aku rampung membaca novel yang cukup tebal ini, aku
membaca biografi singkat Miss Pagan. Dan rasanya takdir telah mempertemukanku dengan buku ini.
Halah, lebay banget kamu, Fa.
Eh, serius loh. Ternyata, si penulis ini adalah penulis di
bidang gizi, olahraga, dan kesehatan di sebuah tabloid.
Nah, cocok banget kan? Hehehe.
Do’akan aku ya, supaya bisa menyusul Miss Pagan. Hihihi.
Oh, satu lagi pesan untuk kalian. Siapa pun yang membaca
tulisan kecil ini.
Jangan pernah ragu untuk menulis. Menulis lah. Apa pun yang
kau suka. Dengan bahasa apa pun yang kau mau. Dengan gayamu sendiri. Karena
dengan menulis, kau adalah dirimu sendiri.
Berani lah. | Sumber |
“Orang boleh pandai
setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah.”
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuuh.
Salam hangat,
Iffa Karina Permatasari,
Calon Ahli Gizi dan
Penulis.
Haay kak Iffa :D kita punya mimpi yang sama nih. aku juga pengen jadi seorang penulis. mari sama-sama kita ngejar impain :)
ReplyDeleteHalo muthi :) Wah asyik ada yang sama :D Semoga lekas tercapai yaa impiannya :D Aamiin
Deletewow, semangat pertahankan mimpinya yoo! gue dulu juga pernah menulis dan mengirimkan tapi sayang semangat masih sebesar biji sesawi hingga akhirnya tenggelam dalam asa belaka :))
ReplyDeleteSemangat terus mbak! :D
DeleteWah nulis apa nih, mbak? Kenapa kemudian tenggelam? Lanjutkan dong mbak hehehe :)
hay Iffa salam kenal :)
ReplyDeleteaku setuju banget loh sama tulisan kamu, menulis itu asik bisa berbagi pengalaman hidup kepada orang lain, dan yang paling menyenangkan adalah ketika mendapat feedback dari penulis lain, ah itu jadi penyemangat sendiri dan emang bener itu bisa jadi obat ketika kita sedang buntu.
Kata-kata Pramoedya Ananta Toer emang TOP deeh, mau pintar, mau handal, mau apapun, tapi belum pernaah menulis? Pasti akan hilang dimakan waktu.
ReplyDeleteMenulis emang salah satu cara buat kita, berkontribusi dalam suatu sejarah. :)
ReplyDeletegw jga pengen jadi penulis, tapi gg ada bakat . . :D :D
ReplyDeletemampir dibog q yaa . . . :D
Hai Iffa :)
ReplyDeleteSalam kenal dari Ika.
Masih jarang lho penulis yang khusus tentang gizi, jadi ayo semangat menulis!
Hai, postingan yang bagus. Ijin blogwalking ya :-)
ReplyDeleteAda info lomba seru nih, bisa cek ini -> http://pujaputri.blogspot.com/2014/02/mari-mengenal-kampung-fiksi-lebih-dekat.html Makasih sebelumnya :)
Menulis itu memang asik. banyak para pesukses berawal dari menulis.
ReplyDeleteterus menulis. keep istiqomah